Halaman

    Social Items

Peluang perjuangan souvenir bisa dibilang masih luas. Mendengar bisnis souvenir, kebanyakan orang hanya terbayang pada souvenir pernikahan, padahal bukan hanya itu saja, ada juga souvenir ulang tahun, souvenir flanel, dan yang akan saya bahas nanti, souvenir khas suatu daerah. Modal dan terbatasnya pengalaman tak menjadi penghalang bagi Ayu Rachmawaty untuk memulai perjuangan kreatif menciptakan produk souvenir khas Jakarta. Kini usahanya bisa meraih omset ratusan juga rupiah. Bagaimana cara Ayu memulai bisnis souvenirnya? Seperti apa pula produk kreasinya dan lika-liku perjuangan sampai mempunyai gerai di hotel, tempat wisata dan mall?
Awal Mula Usaha
Setelah menuntaskan studi di Singapura, Ayu Rachmawaty kembali ke Jakarta dengan cita-cita bisa mendapatkan pekerjaan layak dengan honor tinggi. Ayu pun melamar ke banyak sekali perusahaan, namun tak satupun perusahaan yang didatangi menawarkan penawaran honor di atas Rp. 5 juta sesuai keinginannya. Mulailah terbesit untuk membuka perjuangan sendiri dengan menciptakan banyak sekali macam souvenir khas Jakarta. Ayu terinspirasi dari tempat perbelanjaan dan tempat wisata di Singapura yang selalu menjual souvenir khas.
magnet fiber tempelan kulkas. Source : www.gimblett.blogspot.com
Ayu melihat belum ada pelaku bisnis yang berkecimpung dalam bisnis souvenir khas Jakarta, hal ini menambah semangat Ayu untuk merealisasikan ide usahanya. Awal tahun 2005 Ayu pun mulai merintis perjuangan dengan modal awal yang cukup minim hanya sebesar Rp. 10 juta. Modal dari saku pribadinya itu untuk dibelikan materi baku, peralatan menyerupai kompresor, amplas, bejana dan honor karyawan. 

Proses Sukses
Saat usahanya berjalan 1 tahun, Ayu mendaftarkan dirinya menjadi kawan binaan UMKM DKI Jakarta yang berlokasi di MT Haryono, Jakpus. Melihat respons dan potensi pasar usahanya yang bagus, Ayu kemudian mendapatkan suntikan dana tambahan dari pihak BUMN Telkom yang terbagi dalam dua tahap. Pertama ia menerima tambahan modal sebesar Rp. 40 juta dan kedua Rp. 60 juta.

Ayu mengaku bisa mendapatkan sumbangan modal perjuangan sehabis masuk kawan binaan UMKM DKI Jakarta. Selain itu ada beberapa syarat lain yang harus dipenuhi semoga bisa mendapatkan sumbangan modal. Syarat itu antara lain ; produk harus kreatif, berkualitas, perlengkapan fotocopy KTP, KK, dan neraca rugi keuntungan yang sudah dibukukan. Tempat perjuangan juga dicek pihak BUMN.

Tempat produksi Ayu menempati kios seluas 3x3 m di bilangan Klender, Jakarta Timur yang ia jadikan workshop dengan sewa perbulan Rp. 15 juta. Berkat omset yang terus meningkat, di tahun 2007 workshop tersebut dibelinya seharga Rp. 120 juta. Ia menentukan lokasi tersebut sebab tidak berada di tengah perkampungan, sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitar.

Ayu mendapatkan keahlian dalam mendesain setiap produk secara otodidak. Ia juga hobi melukis sehingga sedikit banyak tahu mengenai seni dan desain. Jebolan S1 Business School Monash University Singapura ini juga sudah mematenkan nama Gimblett sebagai merk usahanya di Hak Kekayaan Intelektual dengan waktu pengurusan sekitar 6 bulan dengan biaya Rp. 2 juta. Biaya itu untuk membayar jasa biro dan pengurusan surat.

Prospek Usaha
Menurut Ayu, prospek perjuangan souvenir khas Jakarta akan cerah, bisa dilihat dari tahun ke tahun jumlah konsumen mengalami tren peningkatan sebesar 20%, apalagi makin banyaknya turis domestik maupun mancanegara. Ayu mengaku sebagai aktivis utama bisnis souvenir Jakarta, usahanya sangat gampang ditiru. Untuk mengatasi persaingan, Ayu terus menghadirkan penemuan dan lebih menggerakkan marketing produknya untuk menyasar pasar lebih luas. 

Produk
Saat memulai usaha, produk pertama yang dibuat Ayu yaitu T-shirt bergambar icon Jakarta dan miniatur monas. Setahun kemudian, Ayu mulai memproduksi banyak sekali souvenir khas Jakarta lain menyerupai magnet tempelan kulkas berbentuk bajaj orange, miniatur kakak none Jakarta, tempat menaruh pulpen berbentuk sepasang kepala ondel-ondel, pin huruf yang mempunyai tangan kaki, miniatur monas ukuran mini yang belahan bawahnya terdapat per sehingga bisa bergoyang dan yang paling terbaru yaitu tutup gelas berbentuk ondel-ondel dengan tinggi 18 cm. 

Harga yang ditawarkan dari yang termurah Rp. 12 ribu per pcs sampai Rp. 250rb per pcs. Produk yang paling laku yaitu miniatur kakak none dan tempat pulpen berbentuk sepasang kepala ondel-ondel, keduanya begitu laku sebab sangat mewakili ikon Jakarta khususnya budaya betawi.

Produk gres dikeluarkan sekali dalam setengah tahun, sehingga dalam setahun setidaknya ada 2 produk baru. Harga jual produk ditentukan dari ongkos karyawan, daya beli konsumen, materi baku dan tingkat kesulitan. Ayu mengaku usahanya sanggup terus eksis bertahan sampai kini berkat variasi dan penemuan produkyang terus ia lakukan. 

Selain itu, ia juga sangat memperhatikan segi pelayanan. Ayu mendengarkan setiap keluhan konsumen perihal produknya. Ia akan mengganti produk yang rusak dalam setiap pengiriman tanpa dikenai biaya tambahan. Ayu juga melihat kebutuhan pasar sehingga bisa menyesuaikan desain produk.

Dalam menciptakan desain, setidaknya Ayu harus memperhatikan setiap bentuk dan rupa ikon-ikon Jakarta menyerupai bentuk bajaj, Monas, huruf pelawak Jakarta Benyamin, huruf wajah gubernur Jokowi, serta penampilan kakak none yang setiap tahunnya menggunakan busana dan suplemen yang beda.

Bahan Baku
Dalam sebulan, setidaknya ayu membeli materi baku satu kali, namun jikalau order sedang tinggi, ia bisa melakukannya lebih dari sekali. Dalam setiap belanja materi baku, setidaknya Ayu merogoh kocek Rp. 5 juta.

Bahan baku utamanya yaitu resin yang dibeli di pasar Jatinegara, Jakarta Timur. Pemilihan resin sebagai materi baku utama sebab sifat resin yang gampang dibentuk. Bahan lain menyerupai cat dibeli di toko cat kimia di kawasan Pondok Bambu Jakarta Timur, dan untuk magnet dibeli di kawasan Kota, Jakarta Barat.

Proses Produksi
Proses produksi satu model souvenir Jakarta cukup gampang dan simpel, namun dalam mebuat desain, keterampilan menggambar dan tingkat kreativitas sangat dibutuhkan. Ayu dibantu oleh 2 orang karyawan di belahan produksi dan belanja materi baku yang digaji sebesar UMR DKI Jakarta setiap bulannya. Khusus belahan pengecatan, pribadi ditangani Ayu sendiri. Ayu merekrut karyawan dari kawasan tempat workshopnya, dengan keterampilan yang diharapkan antara lain sedikit banyak mempunyai pengetahuan di bidang seni, rajin. teliti dan jujur.

Pemasaran
Mengingat keterbatasan modal usaha, pertama kali Ayu memasarkan produknya secara online. 2 tahun kemudian, Ayu membuka workshop di Klender, Jakarta Timur. Setelah bergabung dengan UMKM Jakarta, ia pun menerima kesempatan untuk memasok produknya di cawan Monas. 

Saat usahanya mulai berkembang, Ayu memberanikan diri ikut serta di event PRJ (Pekan Raya Jakarta). Awalnya Ayu ditolak untuk ikutan PRJ, alasannya sebab produknya kurang kompetitif sebab gres skala UKM, namun Ayu tetap bersikeras untuk ikut, dan jadinya sampai PRJ kini ini pemasarannya berjalan baik.

Memasuki tahun 2007 Ayu lebih mempertajam pemasarannya dengan titip jual produk di banyak sekali toko dan galeri. Hingga ketika ini ia sudah menitip jual produknya di 16 gerai, antara lain ; Hotel Sultan, Hotel Mulia, Hotel Shangrila, Bandara Soekarno Hatta, Cilandak Town Square, Thamrin City, Pendopo Artha Gading, Pendopo Alam Sutra, Bandung dan di banyak sekali tempat wisata menyerupai Monas dan Ancol.

Ayu menggunakan sistem konsinyasi dengan fee pihak gerai sekitar 20%-50% dari setiap produk yang terjual. Syarat yang diberikan pihak gerai berdasarkan Ayu cukup dengan menyerahkan kelengkapan surat usaha, menyerupai izin usaha, surat paten HKI, pembukuan neraca keuntungan rugi dan produk pun bisa diterima.

Keuntungan Usaha
Dalam sebulan setidaknya Ayu bisa memproduksi 1000 pcs per satu model produk, dan ketika ini Ayu telah mempunyai lebih dari 5 model produk yang setiap bulannya laku terjual. Tak heran ia bisa meraih omset sampai Rp. 130 juta per bulan dengan keuntungan higienis 40%-50%.

Berkat keunikan dan kreativitas produknya, Ayu pernah sekali waktu mendapatkan order dari Australia, Singapura, Jepang, Norwegia, dan Amerika.

Kisah Sukses - Omset Rp. 130Juta Dari Souvenir Khas Jakarta

Peluang perjuangan souvenir bisa dibilang masih luas. Mendengar bisnis souvenir, kebanyakan orang hanya terbayang pada souvenir pernikahan, padahal bukan hanya itu saja, ada juga souvenir ulang tahun, souvenir flanel, dan yang akan saya bahas nanti, souvenir khas suatu daerah. Modal dan terbatasnya pengalaman tak menjadi penghalang bagi Ayu Rachmawaty untuk memulai perjuangan kreatif menciptakan produk souvenir khas Jakarta. Kini usahanya bisa meraih omset ratusan juga rupiah. Bagaimana cara Ayu memulai bisnis souvenirnya? Seperti apa pula produk kreasinya dan lika-liku perjuangan sampai mempunyai gerai di hotel, tempat wisata dan mall?
Awal Mula Usaha
Setelah menuntaskan studi di Singapura, Ayu Rachmawaty kembali ke Jakarta dengan cita-cita bisa mendapatkan pekerjaan layak dengan honor tinggi. Ayu pun melamar ke banyak sekali perusahaan, namun tak satupun perusahaan yang didatangi menawarkan penawaran honor di atas Rp. 5 juta sesuai keinginannya. Mulailah terbesit untuk membuka perjuangan sendiri dengan menciptakan banyak sekali macam souvenir khas Jakarta. Ayu terinspirasi dari tempat perbelanjaan dan tempat wisata di Singapura yang selalu menjual souvenir khas.
magnet fiber tempelan kulkas. Source : www.gimblett.blogspot.com
Ayu melihat belum ada pelaku bisnis yang berkecimpung dalam bisnis souvenir khas Jakarta, hal ini menambah semangat Ayu untuk merealisasikan ide usahanya. Awal tahun 2005 Ayu pun mulai merintis perjuangan dengan modal awal yang cukup minim hanya sebesar Rp. 10 juta. Modal dari saku pribadinya itu untuk dibelikan materi baku, peralatan menyerupai kompresor, amplas, bejana dan honor karyawan. 

Proses Sukses
Saat usahanya berjalan 1 tahun, Ayu mendaftarkan dirinya menjadi kawan binaan UMKM DKI Jakarta yang berlokasi di MT Haryono, Jakpus. Melihat respons dan potensi pasar usahanya yang bagus, Ayu kemudian mendapatkan suntikan dana tambahan dari pihak BUMN Telkom yang terbagi dalam dua tahap. Pertama ia menerima tambahan modal sebesar Rp. 40 juta dan kedua Rp. 60 juta.

Ayu mengaku bisa mendapatkan sumbangan modal perjuangan sehabis masuk kawan binaan UMKM DKI Jakarta. Selain itu ada beberapa syarat lain yang harus dipenuhi semoga bisa mendapatkan sumbangan modal. Syarat itu antara lain ; produk harus kreatif, berkualitas, perlengkapan fotocopy KTP, KK, dan neraca rugi keuntungan yang sudah dibukukan. Tempat perjuangan juga dicek pihak BUMN.

Tempat produksi Ayu menempati kios seluas 3x3 m di bilangan Klender, Jakarta Timur yang ia jadikan workshop dengan sewa perbulan Rp. 15 juta. Berkat omset yang terus meningkat, di tahun 2007 workshop tersebut dibelinya seharga Rp. 120 juta. Ia menentukan lokasi tersebut sebab tidak berada di tengah perkampungan, sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitar.

Ayu mendapatkan keahlian dalam mendesain setiap produk secara otodidak. Ia juga hobi melukis sehingga sedikit banyak tahu mengenai seni dan desain. Jebolan S1 Business School Monash University Singapura ini juga sudah mematenkan nama Gimblett sebagai merk usahanya di Hak Kekayaan Intelektual dengan waktu pengurusan sekitar 6 bulan dengan biaya Rp. 2 juta. Biaya itu untuk membayar jasa biro dan pengurusan surat.

Prospek Usaha
Menurut Ayu, prospek perjuangan souvenir khas Jakarta akan cerah, bisa dilihat dari tahun ke tahun jumlah konsumen mengalami tren peningkatan sebesar 20%, apalagi makin banyaknya turis domestik maupun mancanegara. Ayu mengaku sebagai aktivis utama bisnis souvenir Jakarta, usahanya sangat gampang ditiru. Untuk mengatasi persaingan, Ayu terus menghadirkan penemuan dan lebih menggerakkan marketing produknya untuk menyasar pasar lebih luas. 

Produk
Saat memulai usaha, produk pertama yang dibuat Ayu yaitu T-shirt bergambar icon Jakarta dan miniatur monas. Setahun kemudian, Ayu mulai memproduksi banyak sekali souvenir khas Jakarta lain menyerupai magnet tempelan kulkas berbentuk bajaj orange, miniatur kakak none Jakarta, tempat menaruh pulpen berbentuk sepasang kepala ondel-ondel, pin huruf yang mempunyai tangan kaki, miniatur monas ukuran mini yang belahan bawahnya terdapat per sehingga bisa bergoyang dan yang paling terbaru yaitu tutup gelas berbentuk ondel-ondel dengan tinggi 18 cm. 

Harga yang ditawarkan dari yang termurah Rp. 12 ribu per pcs sampai Rp. 250rb per pcs. Produk yang paling laku yaitu miniatur kakak none dan tempat pulpen berbentuk sepasang kepala ondel-ondel, keduanya begitu laku sebab sangat mewakili ikon Jakarta khususnya budaya betawi.

Produk gres dikeluarkan sekali dalam setengah tahun, sehingga dalam setahun setidaknya ada 2 produk baru. Harga jual produk ditentukan dari ongkos karyawan, daya beli konsumen, materi baku dan tingkat kesulitan. Ayu mengaku usahanya sanggup terus eksis bertahan sampai kini berkat variasi dan penemuan produkyang terus ia lakukan. 

Selain itu, ia juga sangat memperhatikan segi pelayanan. Ayu mendengarkan setiap keluhan konsumen perihal produknya. Ia akan mengganti produk yang rusak dalam setiap pengiriman tanpa dikenai biaya tambahan. Ayu juga melihat kebutuhan pasar sehingga bisa menyesuaikan desain produk.

Dalam menciptakan desain, setidaknya Ayu harus memperhatikan setiap bentuk dan rupa ikon-ikon Jakarta menyerupai bentuk bajaj, Monas, huruf pelawak Jakarta Benyamin, huruf wajah gubernur Jokowi, serta penampilan kakak none yang setiap tahunnya menggunakan busana dan suplemen yang beda.

Bahan Baku
Dalam sebulan, setidaknya ayu membeli materi baku satu kali, namun jikalau order sedang tinggi, ia bisa melakukannya lebih dari sekali. Dalam setiap belanja materi baku, setidaknya Ayu merogoh kocek Rp. 5 juta.

Bahan baku utamanya yaitu resin yang dibeli di pasar Jatinegara, Jakarta Timur. Pemilihan resin sebagai materi baku utama sebab sifat resin yang gampang dibentuk. Bahan lain menyerupai cat dibeli di toko cat kimia di kawasan Pondok Bambu Jakarta Timur, dan untuk magnet dibeli di kawasan Kota, Jakarta Barat.

Proses Produksi
Proses produksi satu model souvenir Jakarta cukup gampang dan simpel, namun dalam mebuat desain, keterampilan menggambar dan tingkat kreativitas sangat dibutuhkan. Ayu dibantu oleh 2 orang karyawan di belahan produksi dan belanja materi baku yang digaji sebesar UMR DKI Jakarta setiap bulannya. Khusus belahan pengecatan, pribadi ditangani Ayu sendiri. Ayu merekrut karyawan dari kawasan tempat workshopnya, dengan keterampilan yang diharapkan antara lain sedikit banyak mempunyai pengetahuan di bidang seni, rajin. teliti dan jujur.

Pemasaran
Mengingat keterbatasan modal usaha, pertama kali Ayu memasarkan produknya secara online. 2 tahun kemudian, Ayu membuka workshop di Klender, Jakarta Timur. Setelah bergabung dengan UMKM Jakarta, ia pun menerima kesempatan untuk memasok produknya di cawan Monas. 

Saat usahanya mulai berkembang, Ayu memberanikan diri ikut serta di event PRJ (Pekan Raya Jakarta). Awalnya Ayu ditolak untuk ikutan PRJ, alasannya sebab produknya kurang kompetitif sebab gres skala UKM, namun Ayu tetap bersikeras untuk ikut, dan jadinya sampai PRJ kini ini pemasarannya berjalan baik.

Memasuki tahun 2007 Ayu lebih mempertajam pemasarannya dengan titip jual produk di banyak sekali toko dan galeri. Hingga ketika ini ia sudah menitip jual produknya di 16 gerai, antara lain ; Hotel Sultan, Hotel Mulia, Hotel Shangrila, Bandara Soekarno Hatta, Cilandak Town Square, Thamrin City, Pendopo Artha Gading, Pendopo Alam Sutra, Bandung dan di banyak sekali tempat wisata menyerupai Monas dan Ancol.

Ayu menggunakan sistem konsinyasi dengan fee pihak gerai sekitar 20%-50% dari setiap produk yang terjual. Syarat yang diberikan pihak gerai berdasarkan Ayu cukup dengan menyerahkan kelengkapan surat usaha, menyerupai izin usaha, surat paten HKI, pembukuan neraca keuntungan rugi dan produk pun bisa diterima.

Keuntungan Usaha
Dalam sebulan setidaknya Ayu bisa memproduksi 1000 pcs per satu model produk, dan ketika ini Ayu telah mempunyai lebih dari 5 model produk yang setiap bulannya laku terjual. Tak heran ia bisa meraih omset sampai Rp. 130 juta per bulan dengan keuntungan higienis 40%-50%.

Berkat keunikan dan kreativitas produknya, Ayu pernah sekali waktu mendapatkan order dari Australia, Singapura, Jepang, Norwegia, dan Amerika.
Load Comments

Subscribe Our Newsletter